Gizi Buruk di Indonesia Jadi Sorotan Unicef

Gizi Buruk di Indonesia Jadi Sorotan Unicef

Gizi Buruk di Indonesia Jadi Sorotan Unicef

Gejala gizi buruk di Indonesia masih saja kerap terjadi yang menimpa banyak anak anak yang berada di usia tumbuh kembang mereka.

Di tengah pendemo seperti saat ini banyak masyarakat yang harus berhadapan dengan masalah krisis ekonomi sehingga berpotensi dapat meningkatkan jumlah penderita gizi buruk. Seperti apa yang telah dijelaskan pada kabar24.bisnis.com, Badan PBB untuk anak-anak (UNICEF) memperkirakan dampak pandemi COVID-19 terhadap kasus kurang gizi di Indonesia cukup besar. 

Hal ini membuat penanganan juga harus memperhatikan aspek ini. Perwakilan UNICEF untuk Indonesia, Debora Comini, pernah mengatakan sebelum terjadi pandemi, ada sekitar 2 juta anak menderita gizi buruk dan lebih dari 7 juta anak di bawah usia lima tahun mengalami stunting di Indonesia. 

UNICEF juga memperkirakan jumlah anak yang mengalami kekurangan gizi akut di bawah 5 tahun bisa meningkat 15 persen secara global pada 2020 jika tidak ada tindakan.

 

Menurut Deborah, peningkatan jumlah anak kekurangan gizi di Indonesia lantaran banyak keluarga kehilangan pendapatan akibat pandemi sehingga tidak mampu membeli makanan sehat dan bergizi.

“Jika tidak segera meningkatkan layanan pencegahan dan perawatan untuk anak-anak yang mengalami masalah gizi, kita berisiko melihat peningkatan penyakit dan kematian anak terkait dengan masalah ini,” kata Comini dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu. 

Presiden Joko Widodo juga telah menekankan bahwa program penanganan pandemi COVID-19 tidak boleh menghentikan program penting nasional lain, termasuk penanganan stunting. 

Apalagi, Kementerian Kesehatan, khususnya Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Gizi, dinilai lamban dalam upaya mengantisipasi naiknya prevalensi stunting dan masalah kurang gizi anak Indonesia saat pandemi. 

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 29 Tahun 2019 Tentang Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak Akibat Penyakit mulai diberlakukan pada 29 Agustus 2019. 

Namun, untuk pelaksanaan Permenkes ini, Kemenkes harus mengeluarkan Petunjuk Teknis (Juknis) atau Petunjuk Pelaksanaan (Juklak).

Dalam dunia kesehatan dampak dari gizi buruk cukup beragam yang beberapa diantaranya seperti

Badan kurus, pendek, atau kegemukan

Gizi buruk akan berdampak pada tumbuh kembang yang tidak sempurna. Proses pertumbuhan tubuh anak anak akan terhambat sehingga anak anak yang terdampak gizi buruk rentan memiliki tubuh yang kurus, pendek dan juga kegemukan atau obesitas.

Risiko terkena penyakit infeksi

Sistem kekebalan tubuh pada anak anak yang terdampak gizi buruk menurun sehingga menyebabkan anak anak mudah terkena penyakit infeksi. Kekurangan nutrisi pada tubuh juga akan membuat fungsi organ tubuh terganggu.

Kecerdasan berkurang

Anak-anak yang menderita gizi buruk sejak bayi, mengalami penurunan kecerdasan. Bahkan 65% dari anak-anak yang menderita malnutrisi memiliki IQ di bawah 90. Hal ini disebabkan pembentukan jaringan otak tidak sempurna yang diakibatkan oleh kekurangan asupan nutrisi yang diterima.

Kematian

Dampak paling buruk pada anak anak yang terdampak gizi buruk adalah kematian. Anak-anak yang memiliki kondisi pertumbuhan yang tidak sempurna yang salah satunya seperti tubuh yang pendek, mempunyai risiko meninggal empat kali lebih besar dibandingkan anak yang sehat.

Memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang adalah salah satu solusi yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah gizi buruk yang terjadi pada anak anak dan terutama anak anak yang berada di lingkungan keluarga yang berpenghasilan kecil harus benar benar diperhatikan. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *