Keluarga Sadar Gizi, Indonesia Sehat dan Produktif

Keluarga Sadar Gizi, Indonesia Sehat dan Produktif

Keluarga Sadar Gizi, Indonesia Sehat dan Produktif

Saat ini, indonesia masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan gizi yang masih tinggi. stunting, underweight, wasting, dan anemia masih saja terjadi pada sejumlah ibu hamil dan anak anak yang tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup.

Meningkatnya jumlah anak anak yang mengalami masalah gizi buruk, tentu akan berdampak pada kemajuan Negara, sebab untuk menjadi Negara yang maju, Indonesia membutuhkan generasi penerus yang sehat, cerdas dan kuat. Oleh karena itu berbagai upaya intervensi gizi baik dari pemerintah maupun masyarakat perlu ditingkatkan.

Sejalan dengan upaya  tersebut,  Hari  Gizi Nasional  merupakan  bagian  penting  dalam menggalang   kepedulian dan meningkatkan komitmen  dari  berbagai  pihak  untuk  bersama membangun   gizi  menuju bangsa sehat berprestasi. Pada tahun 2019, peringatan HGN salah satunya ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi seimbang, yaitu melalui perilaku keluarga sadar gizi.

Lantas seperti apakah keluarga sadar gizi yang diharapkan?

Keluarga sadar gizi adalah keluarga yang mampu mengenali dan mencegah penyebab terjadinya masalah gizi pada setiap anggota keluarganya. Suatu keluarga yang disebut sebagai keluarga sadar gizi, apabila berperilaku gizi yang baik dan dirincikan minimal dengan beberapa hal yaitu

Menimbang berat badan secara teratur.

Balita pada usia 0 sampai 5 tahun wajib untuk selalu menimbang berat badannya setiap bulan. Hal ini untuk mengetahui tingkat dari pertumbuhan anak, sebab bertambahnya berat badan si anak akan mencerminkan tingkat kesehatan pada anak. Anak anak yang sehat pada umumnya akan memiliki berat badan yang terus bertambah yang diiringi dengan bertambahnya setiap usia mereka.

Dengan menimbang berat badan secara teratur, tentu akan mempermudah kita untuk mengetahui jika adanya sebuah penyimpangan yang terjadi dalam proses pertumbuhan anak sehingga akan mudah untuk diatasi sebelum terjadinya masalah stunting atau malnutrisi.

Sejak lahir, bayi dianjurkan untuk diberikan ASI yang dimulai dari usia 0 hingga 6 bulan tanpa diberikan makanan tambahan lainnya. Setelah 6 bulan sampai usia 2 tahun, bayi masih tetap diberikan ASI, namun bayi membutuhkan asupan atau makanan pendamping yang disesuaikan dengan kemampuan dari bayi dalam mengunyah dan mencerna makanan.

Makan beraneka ragam.

Makanan yang beraneka ragam yang dimaksud adalah berbagai macam jenis makanan yang terdiri dari makanan yang mengandung berbagai macam serat, misalnya seperti makanan sumber zat tenaga dengan karbohidrat dan lemak, zat pembangun dengan protein, dan zat pengatur dengan vitamin dan  mineral.

Pengaturan dari setiap porsi untuk masing masing sumber makanan, dapat disesuaikan dengan panduan yang diberikan oleh ahli kesehatan, misalnya ketika anak kekurangan vitamin C maka anak dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi makanan dan buah yang mengandung vitamin C misalnya seperti buah jeruk.

Menggunakan garam

Sebagian besar makanan yang dikonsumsi setiap harinya mengandung yodium yang sangat sedikit. Menggunakan garam beryodium sebagai bahan untuk memasak bisa membantu memenuhi kebutuhan yodium bagi tubuh.

Anda bisa menjadikan garam yodium sebagai bahan atau bumbu dapur yang dapat digunakan setiap menghidangkan makanan setiap harinya.

Harus Diputus, Mata Rantai Gizi Kurang di Indonesia

Harus Diputus, Mata Rantai Gizi Kurang di Indonesia

Harus Diputus, Mata Rantai Gizi Kurang di Indonesia

Masalah Malnutrisi di Indonesia masih menjadi sebuah persoalan yang masih menjadi sebuah tantangan dalam membangun generasi yang berkualitas di masa mendatang. Oleh sebab itu, mata rantai kurang gizi harus dapat diputus dengan berbagai upaya dan cara yang dapat dilakukan.

Anak anak yang terlahir dengan gizi yang kurang akan tumbuh menjadi remaja dengan status kurang gizi dan akan berpotensi akan melahirkan seorang anak dengan kondisi gizi yang kurang.

Mata rantai masalah gizi ini haruslah kita putuskan dengan berbagai Upaya, seperti apa yang diungkapkan oleh Rini Sekartini atau yang akrab disapa dengan Prof. Rini sebagai seorang akademisi sekaligus praktisi di bidang kesehatan khususnya dokter spesialis anak menyoal kasus malnutrisi di Indonesia.

Dalam siaran pers yang diterima Beritasatu.com, Selasa (29/6/2021), Prof. Rini sebagai Peneliti Utama South-East Asia Nutrition Survey (Seanuts) mengungkapkan bahwa betapa pentingnya edukasi gizi kepada masyarakat dalam upaya menekan kasus malnutrisi pada anak. Hal ini menjadi hal penting dalam rangka menciptakan generasi bangsa yang sehat dan berdampak pada sebuah peningkatan produktivitas dan kualitas sumber daya manusia di kemudian hari.

Dilihat dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita di Indonesia dengan angka yang mencapai 17,7%, sementara stunting mencapai angka pada 30,8%. Begitu juga dengan obesitas yang menunjukkan peningkatan, di angka 6,7 persen pada 2013 menjadi 8 persen pada 2018.

Kasus malnutrisi tidak hanya menjadi tumpuan pada satu bidang saja, Pemahaman gizi, sistem reproduksi, kebersihan, pola asuh dan faktor ekonomi juga menjadi sebuah acuan yang harus ditangani dalam menangani masalah malnutrisi.

Jika ditelaah, lebih dari kasus malnutrisi pada sebuah lingkaran siklus, dimana seorang anak yang terlahir dengan kekurangan gizi akan tumbuh menjadi seorang remaja dengan status kurang gizi dan berpotensi kembali melahirkan generasi yang juga kurang gizi, sehingga hal tersebut akan terus terjadi pada generasi selanjutnya.

Beberapa faktor tersebut lah yang akan menjadi landasan pada sebuah studi lapangan South-East Asia Nutrition Survey (Seanuts) yang telah berjalan di 21 Kabupaten/Kota pada 15 Provinsi di Indonesia dan melibatkan sekitar 25 personil dari kalangan dokter, ahli gizi, kesehatan masyarakat dan bidang olahraga. 

Berdasarkan dunia kesehatan, ada beberapa tanda dan ciri ciri yang menandakan bahwa seseorang mengalami masalah kekurangan gizi yang biasanya ditandai dengan 

  • Depresi
  • Kelelahan terus menerus
  • Kurang nafsu makan atau tidak minat terhadap makanan
  • Kelelahan
  • Mudah tersinggung
  • Sulit berkonsentrasi
  • Kurus
  • Kehilangan lemak, massa otot (berat badan menyusut)
  • Lebih sering sakit dan lebih lama sembuh
  • Selalu merasa dingin

Masalah atau ciri ciri dari setiap orang umumnya berbeda beda sehingga ciri ciri tersebut tidak dapat menjadi acuan.

Referensi 

https://www.beritasatu.com/kesehatan/793661/harus-diputus-mata-rantai-gizi-kurang-di-indonesia

 

Indonesia Punya Banyak ‘PR’ soal Perbaikan Gizi

Indonesia Punya Banyak ‘PR’ soal Perbaikan Gizi

Indonesia Punya Banyak ‘PR’ soal Perbaikan Gizi, Status gizi di Indonesia belum memperlihatkan hasil yang menyenangkan, yang meskipun selama lima tahun berakhir angka stunting mengalami penurunan, namun upaya dan usaha keras untuk menghindari dan menangani masalah gizi masih harus benar benar diperhatikan.

“Jumlah angka masalah gizi memang mengalami penurunan, namun jumlah tersebut masih berada di atas angka ambang batas yang telah ditentukan oleh WHO pada 2010  yaitu sebanyak 20%,” seperti yang telah diungkapkan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Oscar Primadi saat peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) di Gedung Kemenkes, Jakarta, Jumat (25/1).

Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2018 telah mencatat, prevalensi stunting berada di angka 30,8 persen. Angka tersebut menurun dari 37,2 %pada catatan Riskesdas 2013. Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan angka batas stunting yaitu sebesar 20%.

Kondisi sedemikian rupa membuat pemerintah menjadikan upaya penurunan stunting sebagai prioritas nasional. Upaya, kata Oscar, banyak ditekankan pada promotif dan preventif.

Stunting merupakan masalah gizi kronis. Anak yang mengalami masalah gizi akan berdampak pada pertumbuhan mereka. Anak cenderung memiliki tubuh yang pendek atau tinggi badan yang tak sesuai dengan usia. “Anak yang mengalami stunting biasanya akan terlihat ketika anak anak menginjak usia 2 tahun,” kata Oscar.

Meski terlihat sepele, stunting beresiko mengancam masa depan anak yang dimana dapat beresiko terhadap sistem kekebalan tubuh yang menurun, kemampuan yang kognitif yang rendah serta dapat mengancam rendahnya produktivitas ekonomi.

Masalah stunting dapat dicegah dengan cara atau pola asuh seperti pola makan dengan makanan yang teratur dan mengkonsumsi makanan yang bergizi, lingkungan bersih dan sehat serta aktivitas fisik untuk memacu pertumbuhan yang optimal.

Pekerjaan Rumah Masalah Gizi di Indonesia

Meski upaya penurunan stunting telah menjadi prioritas nasional, namun pemerintah masih terus harus berupaya dalam mengatasi permasalahan gizi. Oscar mengatakan, bahwa di Indonesia masih punya banyak ‘pekerjaan rumah’ terkait upaya perbaikan gizi.

Sebut saja beberapa kasus balita dengan berat badan rendah atau underweight yang masih berada di angka 17,7 % pada Riskesdas 2018. Angka tersebut masih berada di atas ambang batas sebesar 10% dari apa yang telah ditetapkan oleh WHO.

Balita dengan berat badan berlebih tercatat masih berada di atas ambang batas yaitu sebanyak 5%. Riskesdas 2018 mencatat angka balita overweight sebanyak 8%.

Pentingnya Pola Makan Sehat

Permasalahan Gizi dimulai dari pola makan. Mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi yang seimbang merupakan hal yang harus benar benar diperhatikan.

Sebuah data mengungkapkan bahwa hanya ada 1 dari 10 orang Indonesia yang mengkonsumsi sayur dan buah yang cukup. Sisanya lagi mereka lebih memanfaatkan makanan cepat saji.

Dalam kondisi tersebut, maka tidak heran jika status keluarga yang sehat hanya sekitar 16,8% saja atau dengan jumlah 3,5 juta dari 21 keluarga yang telah terdata.

“Indeks keluarga sehat dengan angka tertinggi ada di DKI Jakarta yakni 0,339,” kata Oscar. (els/asr)

Sumber https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190125130919-255-363785/indonesia-punya-banyak-pr-soal-perbaikan-gizi

17,7% Balita Indonesia Masih Mengalami Masalah Gizi

17,7% Balita Indonesia Masih Mengalami Masalah Gizi

17,7% Balita Indonesia Masih Mengalami Masalah Gizi

Berdasarkan hasil riset dari kesehatan dasar atau Riskesdas, kementerian kesehatan 2018 menunjukkan bahwa 17,7% anak yang berada di usia bawah 5 tahun (balita) masih mengalami masalah gizi. Jumlah angka tersebut  terdiri dari balita yang mengalami masalah gizi buruk sebesar 3,9%, sementara yang menderita kekurangan gizi sebesar 12,8%.

Jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas pada tahun 2013, bayi yang mengalami masalah gizi menurun. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019, bayi yang mengalami masalah gizi ditargetkan turun menjadi 17%. Adapun prevalensi balita yang mengalami stunting (tinggi badan di bawah standar menurut usia) sebesar 30,8%, turun dibanding hasil Riskesdas 2013 sebesar 37,2%. Hal ini dikutip dari databoks.katadata.co.id

Sebagai informasi, dalam 1.000 hari pertama (sejak janin dalam kandungan hingga berusia dua tahun) kehidupan bayi merupakan usia emas bagi tumbuh kembang anak. Sayangnya anak-anak yang seharusnya menjadi harapan masa depan bangsa Indonesia masih banyak yang mengalami masalah gizi (29,9%) di usia dini. Untuk, itu pemerintah menganggarkan dana dalam APBN 2019 sebesar Rp 123,1 triliun guna meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan serta penguatan penanganan stunting.

Penyebab stunting

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab dari masalah gizi pada balita yang satu ini. Berikut di antaranya, yang dikutip dari WHO:

Pemberian makan yang tidak tepat

Praktik pemberian makan yang tidak tepat pada bayi bisa menyebabkan stunting yang termasuk pada masalah gizi balita. Pemberian makan di sini tidak hanya ketika MPASI (makanan pendamping ASI), tetapi juga menyusui yang tidak optimal.

Penyakit menular dan infeksi.

Penyebab lainnya juga dapat disebabkan oleh Infeksi dan penyakit. Dalam kondisi ini biasanya disebabkan oleh paparan lingkungan yang terkontaminasi dan kebersihan yang buruk.

Kondisi ini membuat fungsi dan kemampuan usus berkurang sehingga menyebabkan penyakit jadi lebih mudah masuk.

Kemiskinan

Sebagian besar dari kondisi kemiskinan atau pengasuh yang kurang awas terhadap gizi balita, bisa menyebabkan masalah pada balita.

Salah satu masalah makan pada balita adalah praktik pemberian makan yang kurang tepat. Beberapa contohnya seperti makan sambil digendong atau bermain.

Selain itu, makanan yang tidak bervariasi bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan balita.

Cara menangani stunting sebagai masalah gizi pada balita

Sebenarnya, stunting tidak bisa disembuhkan bila anak sudah mencapai usia dua tahun. Lantas bagaimana cara menangani anak balita stunting usia 2-5 tahun. Salah satunya adalah dengan memenuhi kebutuhan nutrisi yang sehat yang sangat penting agar tidak mudah sakit. Berikut beberapa kandungan nutrisi tersebut.

Protein

Salah satu zat gizi yang dibutuhkan oleh anak dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh adalah protein. Asupan protein yang cukup akan membantu anak terhindar dari berbagai macam penyakit. 

Zat besi 

Selain protein, ada zat besi yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Ini membuat jaringan tubuh berkembang sesuai fungsinya.

Kekurangan zat besi bisa menghambat pertumbuhan dan menyebabkan anemia. Kalau tidak ditangani, kondisi ini bisa menghambat perkembangan mental.

Kurang gizi

Malnutrisi atau kurang gizi merupakan masalah gizi pada balita dengan kondisi tubuh yang terlalu kurus atau terlalu gemuk (obesitas). Anak anak yang kurang gizi memiliki resiko kesehatan yang buruk.

Kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi pada anak di masa tumbuh kembang apat membuat anak menjadi rentan sakit sebab mudah terinfeksi.

Gizi Buruk di Indonesia Jadi Sorotan Unicef

Gizi Buruk di Indonesia Jadi Sorotan Unicef

Gizi Buruk di Indonesia Jadi Sorotan Unicef

Gejala gizi buruk di Indonesia masih saja kerap terjadi yang menimpa banyak anak anak yang berada di usia tumbuh kembang mereka.

Di tengah pendemo seperti saat ini banyak masyarakat yang harus berhadapan dengan masalah krisis ekonomi sehingga berpotensi dapat meningkatkan jumlah penderita gizi buruk. Seperti apa yang telah dijelaskan pada kabar24.bisnis.com, Badan PBB untuk anak-anak (UNICEF) memperkirakan dampak pandemi COVID-19 terhadap kasus kurang gizi di Indonesia cukup besar. 

Hal ini membuat penanganan juga harus memperhatikan aspek ini. Perwakilan UNICEF untuk Indonesia, Debora Comini, pernah mengatakan sebelum terjadi pandemi, ada sekitar 2 juta anak menderita gizi buruk dan lebih dari 7 juta anak di bawah usia lima tahun mengalami stunting di Indonesia. 

UNICEF juga memperkirakan jumlah anak yang mengalami kekurangan gizi akut di bawah 5 tahun bisa meningkat 15 persen secara global pada 2020 jika tidak ada tindakan.

 

Menurut Deborah, peningkatan jumlah anak kekurangan gizi di Indonesia lantaran banyak keluarga kehilangan pendapatan akibat pandemi sehingga tidak mampu membeli makanan sehat dan bergizi.

“Jika tidak segera meningkatkan layanan pencegahan dan perawatan untuk anak-anak yang mengalami masalah gizi, kita berisiko melihat peningkatan penyakit dan kematian anak terkait dengan masalah ini,” kata Comini dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu. 

Presiden Joko Widodo juga telah menekankan bahwa program penanganan pandemi COVID-19 tidak boleh menghentikan program penting nasional lain, termasuk penanganan stunting. 

Apalagi, Kementerian Kesehatan, khususnya Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Gizi, dinilai lamban dalam upaya mengantisipasi naiknya prevalensi stunting dan masalah kurang gizi anak Indonesia saat pandemi. 

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 29 Tahun 2019 Tentang Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak Akibat Penyakit mulai diberlakukan pada 29 Agustus 2019. 

Namun, untuk pelaksanaan Permenkes ini, Kemenkes harus mengeluarkan Petunjuk Teknis (Juknis) atau Petunjuk Pelaksanaan (Juklak).

Dalam dunia kesehatan dampak dari gizi buruk cukup beragam yang beberapa diantaranya seperti

Badan kurus, pendek, atau kegemukan

Gizi buruk akan berdampak pada tumbuh kembang yang tidak sempurna. Proses pertumbuhan tubuh anak anak akan terhambat sehingga anak anak yang terdampak gizi buruk rentan memiliki tubuh yang kurus, pendek dan juga kegemukan atau obesitas.

Risiko terkena penyakit infeksi

Sistem kekebalan tubuh pada anak anak yang terdampak gizi buruk menurun sehingga menyebabkan anak anak mudah terkena penyakit infeksi. Kekurangan nutrisi pada tubuh juga akan membuat fungsi organ tubuh terganggu.

Kecerdasan berkurang

Anak-anak yang menderita gizi buruk sejak bayi, mengalami penurunan kecerdasan. Bahkan 65% dari anak-anak yang menderita malnutrisi memiliki IQ di bawah 90. Hal ini disebabkan pembentukan jaringan otak tidak sempurna yang diakibatkan oleh kekurangan asupan nutrisi yang diterima.

Kematian

Dampak paling buruk pada anak anak yang terdampak gizi buruk adalah kematian. Anak-anak yang memiliki kondisi pertumbuhan yang tidak sempurna yang salah satunya seperti tubuh yang pendek, mempunyai risiko meninggal empat kali lebih besar dibandingkan anak yang sehat.

Memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang adalah salah satu solusi yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah gizi buruk yang terjadi pada anak anak dan terutama anak anak yang berada di lingkungan keluarga yang berpenghasilan kecil harus benar benar diperhatikan. 

Masalah Gizi pada Remaja di Indonesia

Masalah Gizi pada Remaja di Indonesia

Masalah Gizi pada Remaja di Indonesia

Masalah gizi tidak hanya terjadi pada anak anak saja melainkan masalah gizi juga kerap kali ditemukan pada usia remaja. Berdasarkan Menteri Kesehatan RI mengungkapkan beberapa masalah kesehatan yang dialami dan mengancam masa depan remaja Indonesia. Paparan tersebut disampaikan oleh Plt. Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, dr. Pattiselano Robert Johan, MARS, di dalam sebuah seminar kesehatan dan gizi remaja bertema di Jakarta yang dihadiri pula oleh Duta Besar Kanada dan Duta Besar Australia serta Yayasan Mitra Pangan, Gizi dan Kesehatan Indonesia (MPGKI), Selasa pagi (15/5). Seminar tersebut mengangkat tema “Edukasi dan Kampanye Kesehatan dan Gizi Remaja Menuju Generasi Tinggi, Cerdas dan Berprestasi”.

Remaja Kurang Zat Besi (Anemia) 

Salah satu masalah gizi yang terjadi pada remaja Indonesia adalah anemia atau kurang zat besi. Ada sekitar 12% remaja laki laku dan 23% remaja perempuan di Indonesia mengalami gejala anemia yang sebagian besarnya disebabkan oleh kekurangan zat besi.

Terjadinya gejala anemia pada remaja perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan pada remaja laki laki. Gejala anemia pada remaja dapat berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran remaja dan produktivitas.

Gejala anemia yang terjadi pada remaja putri dapat berdampak lebih serius, mengingat mereka adalah calon ibu yang akan menghadapi masa kehamilan dan akan melahirkan seorang bayi, akan besar kemungkinan akan menghadapi masalah yang serius yang beresiko pada kematian pasca melahirkan, bayi prematur dan berat bayi yang sangat rendah saat kelahiran.

Gejala anemia tentu dapat dihindari dengan berbagai cara yang salah satunya adalah dengan mengkonsumsi makanan yang memiliki kandungan zat besi yang tinggi, asam folat, vitamin A, vitamin C dan zink, dan pemberian tablet tambah darah (TTD). Pemerintah memiliki program rutin terkait pendistribusian TTD bagi wanita usia subur (WUS), termasuk remaja dan ibu hamil.

Remaja Harus Sadar Tinggi akan Badan

Salah satu dampak masalah gizi yang kerap kali terjadi di Indonesia adalah tinggi tubuh yang pendek. Rata-rata tinggi anak Indonesia lebih pendek dibandingkan dengan standar WHO, yaitu lebih pendek 12,5cm pada laki-laki dan lebih pendek 9,8cm pada perempuan.

Tubuh pendek atau Stunting ini dapat menimbulkan berbagai dampak jangka pendek, yang diantaranya seperti penurunan fungsi kognitif, penurunan fungsi kekebalan tubuh, dan gangguan sistem metabolisme tubuh yang pada akhirnya dapat menimbulkan risiko penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, jantung koroner, hipertensi, dan obesitas.

Remaja Kurus atau Kurang Energi Kronis

Kekurangan asupan gizi juga dapat berdampak pada berat badan yang dimana remaja yang kurang mendapatkan asupan gizi cenderung memiliki badan yang kurus. 

Remaja yang terdampak kekurangan gizi dengan badan yang kurus dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit infeksi dan gangguan hormonal yang berdampak buruk di kesehatan.

Gejala kurang energy kronis ini dapat diatasi dengan mengkonsumsi makanan makanan yang bergizi.

Kegemukan atau Obesitas

Tidak hanya badan yang kurus, badan yang memiliki bobot yang berat berlebihan juga merupakan dampak dari masalah gizi pada remaja. Kekurangan dalam mengkonsumsi buah dan sayur serta banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung penyebab yang juga disertai dengan kekurangan aktivitas fisik bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya obesitas pada remaja.

Gejala obesitas dapat memicu terjadinya penyakit seperti hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, osteoporosis dan lain-lain yang berimplikasi pada penurunan produktivitas dan usia harapan hidup.

Untuk mengatasi gejala obesitas tentu dengan mengkonsumsi buah dan sayur serta mengurangi mengkonsumsi makanan yang mengandung penyebab dan disertai juga dengan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, hindari stres dan cukup tidur.

Mengapa Susu Baik Dikonsumsi, ini alasannya

Mengapa Susu Baik Dikonsumsi, ini alasannya

Mengapa Susu Baik Dikonsumsi, ini alasannya, Susu memang belum menjadi minuman harian bagi semua orang. Banyak orang yang hanya mengkonsumsi susu saat masih bayi, ketika hamil, menyusui dan bahkan hanya ketika tulang mengalami masalah seperti misalnya keropos. Padahal jika kita sudah dapat membiasakan diri untuk mengkonsumsi susu di tiap harinya selama usia produktif, tentu kita tidak akan sempat mengalami masalah pengeroposan tulang. Apalagi jika perempuan yang rentan mengalami masalah osteoporosis. Ketika hamil dan menyusui, kalsium di tubuh kita akan banyak terserap oleh bayi sehingga kita perlu menambah asupan kalsium ini.

Mengkonsumsi susu tidak hanya akan berdampak pada tulang saja, melainkan ada banyak manfaat yang dapat diberikan oleh susu jika kita mengkonsumsinya secara rutin, dan berikut ini ada beberapa alasan mengkonsumsi susu itu baik dan berikut beberapa diantaranya.

Menjaga Berat Badan

Salah satu manfaat dari mengkonsumsi susu adalah dapat menjaga berat badan menjadi tetap stabil. Beberapa penelitian menunjukan bahwa orang yang mengkonsumsi susu lebih banyak produk olahan susu akan lebih ramping. Kadar lemak tubuh pun lebih rendah daripada mereka yang jarang minum susu. 

Susu memang lebih mampu membuat kita merasa kenyang, ketimbang jenis minuman lain. Kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh kandungan proteinnya.

Pembentukan Tulang

Dalam kandungan susu terdapat sebuah kalsium yang dibutuhkan oleh tubuh dan asupan ini sangatlah penting untuk didapatkan agar tulang tidak mudah menjadi rusak.

Kalsium adalah salah satu serat yang dibutuhkan oleh tubuh dalam menjalankan fungsi dari organ dalam tubuh.

Ketika tubuh mengalami masalah dengan kekurangan kalsium, maka tubuh akan menyerap kalsium dari dalam tulang dan jika terus menerus dibiarkan maka lama kelamaan tulang akan menjadi keropos sehingga menyebabkan berbagai macam masalah terhadap kesehatan tulang.

Agar asupan kalsium di dalam tubuh tidak menjadi kurang yang berdampak pada kesehatan tulang, maka mulailah dari sekarang untuk mengkonsumsi susu setiap harinya.

Sumber Vitamin D

Vitamin D tidak hanya penting untuk penyerapan kalsium, tetapi juga dapat membantu memperbaiki sistem kekebalan, mengurangi risiko beberapa penyakit kanker, diabetes, dan multiple sclerosis, dan menjamin tekanan darah yang lebih baik. Orang orang yang mengkonsumsi susu secara rutin memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik sehingga tidak mudah terserang gejala gejala penyakit ringan.

Mendukung Pembentukan Kekuatan Otot

Dalam kandungan susu terdapat 16% asupan harian untuk protein, yang dapat berfungsi untuk membangun serta memperbaiki jaringan jaringan pada otot.

Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa dalam susu coklat terkandung serat yang dapat mengembalikan energi yang hilang sehingga sangat dianjurkan untuk anda yang kerap kali melakukan sebuah kesibukan setiap harinya yang menghabiskan banyak energy, untuk mengkonsumsi susu secara rutin.

Membuat Tidur Menjadi Nyenyak

Saat anda mengalami masalah dengan tidur, anda juga bisa mengkonsumsi susu sebagai minuman sebelum anda tidur, sebab kandungan yang terdapat di dalam susu dapat membuat tubuh menjadi rileks, menurunkan tingkat stress dan membuat tidur menjadi lebih nyenyak. Mengkonsumsi susu sebelum tidur, dianjurkan 2 atau 3 jam sebelum tidur, agar ketika kita tidur tubuh sudah mulai dapat mencerna susu dan mengambil serat didalamnya dan mengalirkan kepada organ organ tubuh yang membutuhkannya.

Nah itulah beberapa alasan mengapa minuman susu sangat baik untuk dikonsumsi. Mulailah dari sekarang untuk mengkonsumsi susu secara rutin agar dimasa tua nanti kesehatan tubuh tetap terjaga.

Manfaat Minum Susu bagi Orang Dewasa Sebelum Tidur

Manfaat Minum Susu bagi Orang Dewasa Sebelum Tidur

Manfaat Minum Susu bagi Orang Dewasa Sebelum Tidur, Susu adalah salah satu minuman dengan kaya manfaat bagi tubuh. Dalam memenuhi kebutuhan gizi yang cukup, susu menjadi minuman pendamping yang dapat dikonsumsi setiap harinya.

Dalam susu terkandung banyak asupan gizi yang dibutuhkan organ tubuh dalam menjalankan fungsinya masing masing yang salah satunya adalah kalsium.

Kalsium adalah serat yang dibutuhkan oleh tubuh dalam meningkatkan ketahanan dan pertumbuhan gigi dan tulang sehingga tidak heran jika anak anak yang sedang berada di usia kembang tumbuh, sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi susu agar nantinya ketahanan tulang dan gigi menjadi lebih baik.

Selain dapat diminum di pagi hari sebelum memulai aktivitas, susu juga bisa Anda minum sebelum tidur yang dapat berguna untuk menjaga kesehatan tubuh diantaranya:

  1. Membantu Tidur Nyenyak

Mengkonsumsi susu dapat membuat tubuh menjadi rileks sehingga mengurangi gangguan saat tidur. Dalam susu terkandung tryptophan dan asam amino yang dapat membantu anda untuk tidur menjadi lebih nyenyak dengan menyeimbangkan hormon melatonin guna mengatur pola tidur.

Orang orang yang mengkonsumsi susu umumnya akan memiliki tubuh yang lebih fit dibandingkan dengan orang orang yang tidak mengkonsumsi susu sebab, mereka mendapatkan tidur yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak mengkonsumsi susu.

  1. Membantu Menguatkan Tulang

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa di dalam susu terdapat serat kalsium yang merupakan serat yang dapat mendukung ketahanan dan pertumbuhan tulang optimal. Selain dairi itu, susu juga dapat membantu memperbaiki sel sel yang rusak.

  1. Membantu Mengatasi Stres

Stress adalah salah satu faktor penyebab tidur menjadi tidak nyenyak sehingga ketika seseorang merasa stress maka mereka akan sulit untuk tidur nyenyak.

Anda bisa mengurangi rasa stres setelah seharian penuh beraktivitas dan membuat tubuh lebih mudah terlelap. Jika anda merasa bosan dengan minuman susu yang rasanya itu itu saja,m maka anda dapat mencoba mengkonsumsi susu dengan varian rasa seperti susu rasa vanilla, susu rasa coklat dan lain sebagainya.

  1. Memberikan Energi Saat Bangun Tidur

Mengkonsumsi susu sebelum tidur juga dapat mengembalikan energi yang hilang dari sibuknya menjalani rutinitas sehari hari.

Berdasarkan ahli kesehatan, setiap orang dianjurkan untuk tidur 8 sampai 9 jam setiap harinya. Ketika dalam kondisi tertidur, orang orang tidak akan mendapatkan asupan nutrisi sama sekali sehingga tidak heran jika saat terbangun banyak orang akan merasa lemas dan kurang berenergi. Namun jika anda mengkonsumsi susu sebelum tidur dapat memberikan asupan nutrisi cukup selama durasi tidur berlangsung yang memberikan energi saat bangun tidur.

  1. Membantu Meningkatkan Fungsi Pencernaan

Mengkonsumsi susu secara rutin juga dipercaya dapat melancarkan sistem pencernaan pada tubuh. Minum susu sebelum tidur dapat membantu usus lebih aktif di malam hari, sehingga di pagi hari Anda bisa lancar untuk buang air besar (BAB). Mengkonsumsi susu secara rutin sebelum tidur juga dapat menurunkan tingkat kemungkinan anda terkena sembelit dan masalah pencernaan lainnya.

Nah itulah beberapa manfaat yang bisa anda rasakan jika mengkonsumsi susu secara rutin sebelum tidur. Usahakan anda mengkonsumsi susu 2 atau 3 jam sebelum tidur agar hasilnya lebih efektif.

Manfaat Susu Unta yang Dikatakan Lebih Baik dari Susu Sapi

Manfaat Susu Unta yang Dikatakan Lebih Baik dari Susu Sapi

Manfaat Susu Unta yang Dikatakan Lebih Baik dari Susu Sapi

Di Indonesia, nama susu sapi sudah sangat popular dan susu sapi sudah dikenal sebagai susu terbaik sebagai pengganti dari ASI atau Air Susu Ibu. Beberapa ahli kesehatan pun mengungkapkan bahwa di dalam susu sapi terkandung berbagai jenis serat yang dibutuhkan oleh tubuh dalam menjalankan perannya masing masing.

Tidak heran jika masyarakat lebih mempercayai susu sapi sebagai susu terbaik dibandingkan dengan susu hewan lainnya sehingga tidak heran jika mendengar susu unta banyak orang yang mempertanyakan khasiatnya dan bahkan beberapa diantaranya juga meragukan khasiat dari susu unta.

Sebagai orang yang lebih mempercayai susu sapi, mungkin anda akan merasa aneh dengan susu unta, namun tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa fakta telah menjelaskan bahwa banyak manfaat dari susu unta yang tidak dimiliki oleh susu sapi ataupun susu kambing.

Di dalam susu unta terkandung serat nutrisi yang lebih kuat dan senyawa kimia yang lebih baik. Beberapa generasi, susu unta hanya digunakan untuk subsisten dalam budaya tersebut, namun akan tetapi jika mengingat manfaat terhadap kesehatan, tidak terbantahkan bahwa jumlah pertanian dari susu unta meningkat. Namun dalam memanen susu unta, kira kira 50 kali lebih mahal dari susu sapi, sehingga membuat susu sapi memiliki nilai jual yang sangat mahal.

Di balik harga yang mahal, ada banyak khasiat yang dimiliki oleh susu unta.

Dilansir dari Organic Facts, susu unta dipercaya mengandung cukup banyak kadar zat besi, vitamin C, dan protein yang jauh lebih tinggi dibanding susu jenis lain. Keunggulan susu ini juga adalah lebih rendah lemak.

Dari kandungan tersebut, beberapa referensi mengaitkan dengan manfaat langsung pada tubuh manusia. Nah, berikut 7 keuntungan dari mengonsumsi susu unta

  1. Pengobatan Diabetes

Susu unta memiliki banyak nutrisi, termasuk insulin, yang merupakan komponen penting dari kesehatan manusia. Keseimbangan antara insulin dan glukosa sangat penting untuk pencegahan diabetes, yang mana ini membuatnya menjadi solusi alami yang potensial untuk diabetes.

  1. Meningkatkan Kekebalan

Ada tingkat protein dan senyawa organik lainnya yang tinggi dalam susu unta, yang beberapa diantaranya memiliki khasiat  antimikroba yang kuat. Ini menandakan bahwa susu unta dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan pada tubuh manusia dan membuat anda tetap sehat dan sulit terkena berbagai macam jenis penyakit.

  1. Membantu Proses Pertumbuhan

Tingginya protein hewani yang terkandung di dalam susu unta, tidak ditemukan di dalam susu sapi maupun kambing, yang dapat merangsang proses pertumbuhan dan perkembangan tulang dan sistem organ yang tepat.

Protein merupakan satu blok bangunan yang paling besar dari dalam tubuh, dan susu ini menyediakan banyak protein yang terkandung di dalamnya. Pada beberapa budayam susu unta ini diberikan kepada anak anak dan bahkan bayi yang kekurangan gizi, sebab mampu meningkatkan kesehatan dan kebugaran secara dramatis.

Pada awalnya, susu unta digunakan untuk sebagai cara memperpanjang perjalanan melewati gurun pasir ketika makanan dan minuman yang tersedia terbatas.

  1. Merangsang Sirkulasi

Kandungan besi yang tinggi ditemukan dalam susu unta ini membuatnya ideal untuk mencegah anemia. Zat besi adalah sebuah komponen penting dari sel darah merah, yang berarti dapat meningkatkan sirkulasi darah dan oksigenasi sistem organ tubuh dan ekstremitas. 

Nah itulah beberapa manfaat dari susu unta yang dinilai lebih baik dibandingkan dengan susu sapi ataupun susu kambing.

Antara ASI vs Susu Formula, Mana Yang Lebih Baik?

Antara ASI vs Susu Formula, Mana Yang Lebih Baik?

Antara ASI vs Susu Formula, Mana Yang Lebih Baik?

Antara ASI dengan Susu formula kerap kali menjadi sebuah perdebatan di lingkungan masyarakat, WHO telah menegaskan bahwa ASI atau Air Susu Ibu mampu memberikan asupan gizi yang lebih lengkap dalam proses tumbuh kembang bayi. Pemberian ASI yang eksklusif dianjurkan untuk diberikan sejak bayi baru lahir hingga berusia 6 bulan yang dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun dengan makanan pendamping yang sesuai.

Dalam ASI terkandung zat gizi dengan komposisi, jumlah dan daya cerna serta serap yang sangat baik. ASI mengandung karbohidrat (terutama laktosa dan oligosakarida) lebih tinggi. Oligosakarida dipercaya membantu meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dalam usus yang dapat meningkatkan kesehatan saluran pencernaan bayi. Proporsi lemak total di ASI hampir sama dengan di susu sapi, hanya saja komposisi asam lemaknya sangat berbeda. ASI mengandung asam lemak esensial, misalnya DHA, EPA, ALA dan omega-6, yang lebih tinggi dibanding susu sapi.

Asam lemak esensial ini terutama penting bagi perkembangan otak dan organ penglihatan pada bayi. Susu sapi memiliki total protein (khususnya casein) yang lebih tinggi dibanding ASI. Namun, casein merupakan jenis protein yang bisa menggumpal dalam perut dan membutuhkan waktu lama bagi bayi untuk mencernanya. Masalah ini tidak muncul pada ASI karena kandungan protein dan caseinnya yang rendah.

Kandungan yang terkandung di dalam ASI dapat melindungi bayi dari infeksi yang juga meminimalisir alergi protein pada ASI mengandung komponen antimikroba (immunoglobulin-A, lysozyme, dan lactoferrin) yang lebih tinggi dibanding protein susu sapi. Protein antimikroba ini sangat esensial bagi perkembangan sistem imun tubuh bayi dan melindungi bayi dari berbagai infeksi.

Komposisi gizi pada ASI akan berubah menyesuaikan kebutuhan dan perkembangan bayi. Colostrum, cairan ASI kental berwarna kekuningan yang keluar di awal kelahiran, sangat direkomendasikan untuk diberikan kepada bayi sebagai makanan terbaik pertama bagi bayi baru lahir. Colostrum memiliki kandungan protein antimikroba yang tertinggi dibanding ASI biasa dan susu formula.

Berdasarkan sebuah penelitian ditemukan bahwa ada beberapa kandungan yang terkandung di dalam ASI yang tidak dimiliki oleh susu formula yang salah satunya seperti

  • Bayi yang menerima ASI, lebih kecil resikonya untuk mengalami kondisi bayi sembelit maupun perut kembung pada bayi akibat kadar gas.
  • ASI membuat anak cerdas ASI berefek positif pada kemampuan kognitif anak.
  • ASI menyediakan antibodi, yang dapat mencegah anak dari berbagai kemungkinan penyakit dan infeksi.
  • Menyusui menurunkan risiko kematian mendadak (SIDS) di tahun pertama usia bayi. Pemberian ASI memberikan efek perlindungan yang lebih kuat pada bayi.
  • ASI lebih mudah dicerna anak, dibandingkan susu formula. 
  • Mendapat asupan kolesterol. Jika kolesterol merupakan asupan yang tidak baik bagi orang dewasa, hal ini tidak berlaku pada bayi. Kolesterol sangat dibutuhkan bayi untuk menunjang tumbuh kembang. Kandungan ini banyak ditemukan pada ASI

Dari penjelasan di atas sudah sangat jelas bahwa susu ASI jauh lebih baik dibandingkan dengan susu formula.