17,7% Balita Indonesia Masih Mengalami Masalah Gizi
Berdasarkan hasil riset dari kesehatan dasar atau Riskesdas, kementerian kesehatan 2018 menunjukkan bahwa 17,7% anak yang berada di usia bawah 5 tahun (balita) masih mengalami masalah gizi. Jumlah angka tersebut terdiri dari balita yang mengalami masalah gizi buruk sebesar 3,9%, sementara yang menderita kekurangan gizi sebesar 12,8%.
Jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas pada tahun 2013, bayi yang mengalami masalah gizi menurun. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019, bayi yang mengalami masalah gizi ditargetkan turun menjadi 17%. Adapun prevalensi balita yang mengalami stunting (tinggi badan di bawah standar menurut usia) sebesar 30,8%, turun dibanding hasil Riskesdas 2013 sebesar 37,2%. Hal ini dikutip dari databoks.katadata.co.id
Sebagai informasi, dalam 1.000 hari pertama (sejak janin dalam kandungan hingga berusia dua tahun) kehidupan bayi merupakan usia emas bagi tumbuh kembang anak. Sayangnya anak-anak yang seharusnya menjadi harapan masa depan bangsa Indonesia masih banyak yang mengalami masalah gizi (29,9%) di usia dini. Untuk, itu pemerintah menganggarkan dana dalam APBN 2019 sebesar Rp 123,1 triliun guna meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan serta penguatan penanganan stunting.
Penyebab stunting
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab dari masalah gizi pada balita yang satu ini. Berikut di antaranya, yang dikutip dari WHO:
Pemberian makan yang tidak tepat
Praktik pemberian makan yang tidak tepat pada bayi bisa menyebabkan stunting yang termasuk pada masalah gizi balita. Pemberian makan di sini tidak hanya ketika MPASI (makanan pendamping ASI), tetapi juga menyusui yang tidak optimal.
Penyakit menular dan infeksi.
Penyebab lainnya juga dapat disebabkan oleh Infeksi dan penyakit. Dalam kondisi ini biasanya disebabkan oleh paparan lingkungan yang terkontaminasi dan kebersihan yang buruk.
Kondisi ini membuat fungsi dan kemampuan usus berkurang sehingga menyebabkan penyakit jadi lebih mudah masuk.
Kemiskinan
Sebagian besar dari kondisi kemiskinan atau pengasuh yang kurang awas terhadap gizi balita, bisa menyebabkan masalah pada balita.
Salah satu masalah makan pada balita adalah praktik pemberian makan yang kurang tepat. Beberapa contohnya seperti makan sambil digendong atau bermain.
Selain itu, makanan yang tidak bervariasi bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan balita.
Cara menangani stunting sebagai masalah gizi pada balita
Sebenarnya, stunting tidak bisa disembuhkan bila anak sudah mencapai usia dua tahun. Lantas bagaimana cara menangani anak balita stunting usia 2-5 tahun. Salah satunya adalah dengan memenuhi kebutuhan nutrisi yang sehat yang sangat penting agar tidak mudah sakit. Berikut beberapa kandungan nutrisi tersebut.
Protein
Salah satu zat gizi yang dibutuhkan oleh anak dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh adalah protein. Asupan protein yang cukup akan membantu anak terhindar dari berbagai macam penyakit.
Zat besi
Selain protein, ada zat besi yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Ini membuat jaringan tubuh berkembang sesuai fungsinya.
Kekurangan zat besi bisa menghambat pertumbuhan dan menyebabkan anemia. Kalau tidak ditangani, kondisi ini bisa menghambat perkembangan mental.
Kurang gizi
Malnutrisi atau kurang gizi merupakan masalah gizi pada balita dengan kondisi tubuh yang terlalu kurus atau terlalu gemuk (obesitas). Anak anak yang kurang gizi memiliki resiko kesehatan yang buruk.
Kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi pada anak di masa tumbuh kembang apat membuat anak menjadi rentan sakit sebab mudah terinfeksi.